GEOLOGI PULAU MALUKU
GEOLOGI PULAU MALUKU
Tugas Kuliah
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
April 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara fisiografis maluku dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu Maluku Utara dan Maluku Selatan. Pembagian ini terkait dengan
kondisi geologi dimana Maluku Utara sebagian dihubungkan dengan rangkaian
pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian dengan sistem Melanesia, sedang Maluku
Selatan (Busur Banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda.
Daerah dengan julukan ” Bumi
Seribu Pulau” ini semakin mengkukuhkan dirinya sebagai salah
satu daerah kepulauan di Indonesia yang memiliki 632 pulau besar dan kecil
dengan luasnya sekitar712.479,69 km2 dengan panjang pantai 10.662,92 km2.
Sebagian besar pulau-pulaunya memiliki ciri yang sama yang dapat
diklasifikasikan sebagai pulau-pulau vulkanis dan karang. Topografi wilayahnya
umumnya bergunung danberbukit yang menjulang langsung dari permukaan laut.
Jenis-jenis tanah yang dominan antara lain adalah tanah kompleks, latosol,
renzina, dan mediteran.
Ditinjau dari penyebaran pulaunya, di Maluku terdapat 2
pulau besar yang dikelilingi oleh pulau-pulau sedang dan kecil, yaitu kelompok
Pulau Halmahera termasuk Pulau Bacan dan pulau-pulau kecil lainnya seperti
Tidore, Makian danTernate. Selain itu, terdapat kelompok Pulau Seram termasuk
pulau-pulau Ambon, Haruku, Saparua, Lease, Kelang, Buano, Mampa dan sebagainya.
Selain itu, terdapat pula kelompok-kelompok pulau yang sedang besarnya seperti
Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Sula. Di
samping itu terdapat pulau-pulau tersendiri (soliter) seperti Pulau Buru, Pulau
Obi, dan Pulau Wetar. Sisanya merupakan pulau-pulau kecil yang luas
rata-ratanya kurang dari 500 km yang sebagian besar tidak berpenghuni.Wilayah
ini memiliki relief yang beraneka ragam dengan perkembangan yang aktif dan
terus berlangsung secara intensif khususnya pembentukan gunungapi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah kondisi fisiografis pulau Maluku?
2.Bagaimanakah
struktur geologi pulau Maluku?
3.potensi
apa saja yang terdapat di pulau Maluku?
1.3 TUJUAN
1.
Mendeskripsikan kondisi fisiografis pulau Maluku.
2.
Mendeskripsikan struktur geologi pulau Maluku.
3.Mendeskripsikan
potensi yang terdapat di pulau Maluku.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiografis pulau Maluku
Kepulauan Maluku
adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia, memiliki
panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer dari barat
ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi
dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut –
tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun dari busur
vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian timur laut –
tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara garis besarya,
Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan maluku Selatan.
Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan
sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan
suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda.
1. Maluku
Utara
Maluku utara merupakan wilayah kepulauan yang
terdiri atas pulau-pulau vulkanik dan pulau non vulkanik. Pulau vulkanik
menempati bagian barat, yakni Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau
Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non-vulkanik yaitu Pulau
Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi.
Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku Utara
terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua sistem bentang
alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang
Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan
Halmahera di timur. Pada kedua sistem bentang alam tersebut terdapat dua busur
pegunungan yang bersifat vulkanik dan non vulkanik.
Pada system bentang alam Sangihe terdapat:
1.
Busur dalam vulkanik :
Busur kepulauan Sangihe
2.
Busurluar non vulkanik : Busur kepualauan
Talaud-maju
Sistem
sangihe tersusun dari batuan :
a. Palung
belakang (backdeep) : Palung Sulawesi
b. Busur
dalam yang vulkanis : Palung
Sangihe
c. Palung
antara
(interdeep) : Palung-palung
Sangihe, Gorontalo
d. Busur
luar non
vulkanis : Punggung
Talaud-Maju
Sistem ini membentuk mata rantai antara busur samar di Filipina dan lengan utara dan lengan timur
dari sulawesi. Sistem ternate terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut :
a. Palung
belakang : Basin
halmahera
b. Busur
dalam
vulkanis : Zona
ternate
c. Palung
antara : Palung
morotai, ternate, bacan
d. Busur
luar non
vulkanis : Punggung
snelius, maju dan obi
Pegunungan
Maju merupakan busur luar dari kedua sistem pegunungan tersebut diatas.
Bentang
lahan pada pulau-pulau di kawasan Maluku Utara mayoritas merupakan perbukitan
dan pegunungan. Paparan dataran rendah yang tidak terlalu luas hanya dapat
dijumpai di sepanjang pantai dan muara sungai. Pada beberapa barisan pegunungan
terdapat puncak-puncak gunung berapi, dan beberapa diantaranya masih aktif.
Gunung api yang paling aktif adalah Gunung Gamalama atau Gunung Kie-Tobona
(Piek Van Ternate) di pulau Ternate dan Gunung KieMutubu di Pulau Tidore, yang
termasuk dalam Kepulauan busur vulkanik Zona Ternate.
Pegunungan yang membujur di Pulau Maluku bagian utara dan
timur laut juga berbeda susunan batuannya. Pegunungan di bagian utara umunya
didominasi oleh formasi gunungapi (andesit dan batuan beku basalt), sedangkan
bagian timur laut didominasi oleh batuan beku asam, basa, ultrabasa, dan batuan
sedimen. Di semenanjung utara Maluku ada gunung api aktif dan non-aktif yang di
bagian ini tidak ditemukan dataran aluvial. Tetapi saat memasuki kawasan kao,
ditemukan dataran aluvial dan vulkanik yang berombak.
Adapun kesamaan diantara pulau Morotai dan pulau Maluku
bagian utara, kesamaannya adalah sama-sama memiliki gunung-gunung dengan
material penyusun batuan sedimen dan beku basa. Hal ini berlainan dengan pulau
Maluku bagian selatan, yaitu gunung-gunung yang terbentuk umumnya didominasi
oleh material sedimentasi batu napal dan batu gamping. Kawasan sepanjang pantai
barat Maluku terdapat sejumlah pulau besar dan kecil yakni pulau ternate bagian
utara hingga obi bagian selatan, dimana pulau-pulau kecil itu umumnya merupakan
daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit dan beku basaltic.
Garis
arah fisiografis daerah ini diuraikan seperti berikut ini. Ujung barat laut
berupa punggungan bawah laut yang menghubungan ujung selatan Mindanao dengan
Minahasa (lengan utara Sulawesi), terdiri dari pulau volkanis Serangani (
termasuk Filipina), kepulauan Kawio (sejumlah terumbu karang kecil), dan
pulau-pulau volkanis Sangihe. Rangkaian pulau volkanis tersebut disebut
punggungan Sangihe, yang menghubungkan Zona Ragay dan lengan utara Sulawesi.
Selanjutnya
berupa depressi yang membentang dari Teluk Davao di Mindanao ke arah selatan
melalui palung Sangihae menuju Basin Gorontalo, Basin Gorontalo ini membelok ke
barat masuk ke teluk Tomini, yang memisahkan lengan utara dan timur Sulawesi.
Zone Samar-Diuta merupakan kulit bumi yang terangkat
relifnya agak ruwet, membentuk Cordmeras timur dari Mindanao, tenggelam ke arah
selatan sampai palung Sangihe. Akan tetapi zona ini dihubungkan oleh punggungan
yang sempit terdiri dari Pulau Plmas (Miangas) dengan dataran pulau-pulau
Talaud dan Nanusa. Punggungan ini membentuk ambangan antara palung Filipina dan
palung Sangihe. Pada garis besarnya Zone Samar- Diuta letaknya lurus bersambung
dengan Zone Talud Mayu.
Dataran Taulud tersebut bersambung dengan daerah
terangkat yang lebarnya 75 km, membentang ke selatan pada konfigurasi dasar
laut maluku. Daerah yang terangkat ini disebut Punggungan Mayu, karena sebagai
pusatnya berupa pulau yang namanya Mayu. Punggungan Mayu tersusun dari
punggungan-punggungan yang sejajar sehingga menunjukkan kenampakan sebagai
sebuah antiklinorium. Disini ada dua sumbu depressi, yang satu terletak di
sebelah selatan Kepulauan Talaud (antara Basin Sangihe dan Basin Morotai), dan
yang lain di dekat ujung selatannya (antara Basin Gorontalo dan Bacan).
Sumbu kulmuminasinya terletak di
bagian tengah punggungan tersebut, yaitu antara Menado dan Ternate. Bagian itu
menerobos Punggungan Mayu di tempat ini dan tersusun menjadi satuan-satuan yang
diurut dari barat ke timur: a) sebuah parit tepi (> 2500 m ), b) punggungan
kira-kira 1200 m dibawah permukaan laut yang dipisahkan oleh parit (>-2000
m), c) parit itu merupakan penghubung antara dua punggungan yang bersambung,
yang utara sebagai Pulau Mayu ( Moyou) dan selatan sebagai Tifore , d) sebuah
parit lagi yang dalamnya > 2500 m, e) ke arah timur diikuti oleh punggungan
bawah laut 1500 dibawah permukaan laut, dan f). Akhirnya dasar laut turun ke
Palang ternate dan di tenggah-tenggahnya antara Mayu dan Ternate yang didalamnya
3500 m. Punggungan yang tenggelam ini ke arah selatan menuju sumbu depressi
yang didalamnya >2000m.
Ujung selatan Punggungan Mayu dibatasi oleh Basin Mangole
(-3510 m) arahnya timur- barat dan memisahkan punggungan dari batas Sula. Suatu
ambang yang tidak jelas antara Basin Mangole dan Basin Gorontalo membujur ke
arah barat daya serta menghubungkan punggungan Mayu tersebut dengan lengan
Sulawesi. Ambang bawah laut lainnya adalah antara Basin Mangole dan Basin Bacan
yang menghubungkan punggungan ini dengan kelompok Obi.
Punggungan Snellius adalah bagian dari Punggungan
Talaud-Mayu yang terangkat setinggi 360 di bawah permukaan laut di sepanjang
tepi selatan Palung Filipina (-8710 m). Punggungan ini dipisahkan dari
Kepulauan Talaud oleh palung Talaud (-3410 m) dan dari Morotai serta Halmahera
utara oleh Basin Morotai (-3890 m). Punggungan Snellius yang berupa punggungan
bawah laut itu membentang ke arah barat laut dari ujung utara Morotai dan
menghilang di dasar laut Kepulauan Nanusa dengan relief yang khas.
Halmahera dan
sekitarnya merupakan daerah yang relatif tinggi, Bagian timur laut Maluku ini
terletak antara laut Maluku dan basan Carolina, bersambung dengan Kepala Burung
di Papua disebut kelompok pulau Halmahera. Di tengahnya terdapat Laut Halmahera
(-2039 m). Halmahera adalah pulau terbesar di Maluku. Bentuk pulau ini mirip
Sulawesi, akan tetapi ukurannya lebih kecil. Garis tengahnya sepertiga Sulawesi
dari luas seluruhnya sepersepuluh Sulawesi. Pulau ini mempunyai 4 lengan, teluk
di antara lengan tersebut adalah Teluk Kau, Bulu, dan Weda.
Teluk Kau
berakhir pada depressi bundar yang khas, kedalamannya 500 m dan garis
tenggahnya 30-60 km. Teluk itu dipisahkan terhadap lautan terbuka oleh ambang
yang lebar dan dalamnya kurang dari 50 m.
Morotai yang terletak di luar ujung utara sebagian
tersusun dari batuan volkanis Neogen. Volkan-volkan aktif terdapat di ujung
utara Halmahera. Gunung tertinggi adalah Gamkonoro ( 1653 m), sedangkan gunung api yang paling aktif adalah Dukono (
1335 m ) di dekat Tebelo. Rangkaian gunung api muda ini kelanjutannya di
pulau-pulau kecil sepanjang pantai barat pulau utama, yaitu Hiri, Ternate,
Tidore, Mare, Moti, dan Makian. Makian merupakan volkan paling selatan dari
jalur ini. Di daerah ini juga dijumpai batuan volkanis muda yang meluas ke arah
barat melalui Bacan,Woko, pulau-pulau Salo, dengan Jaroaga, Kekik, Lawin,
Pisang, dan Kofiau : zona volkanis ini membentang dari Sulawesi Utara ke
pegunungan di sepanjang pantai utara Kepala Burung. Di tempat ini juga dijumpai
batuan volkanis Neogan Muda dan Kuarter (Rangkaian Tamrau dan Afak dengan
Volkan Umsini).
Jadi, kelompok
Halmahera pada sisi barat dan selatannya dibatasi oleh sebuah jaur yang
mengandung batuan volkanis Neogen Muda-Kuarter. Jalur ini sangat cembung ke
barat dan selatan. Volkan aktif hanya terdapat pada bagian tenggahnya, dari
Tebelo sampai Makian. Jalur volkanis ini disebut Zona Ternate.
Zona Ternate
dipisahkan terhadap bagian kelompok Halmahera oleh zona depressi yang tidak
bersambung, terdiri dari elemen-elemen berikut : depressi Teluk Kau-kau, Teluk
Payahe, Selat Pantini, Selat antara ujung selatan Halmahera dan Damar, ujung
selatan Basin Halmahera (-1300 – 1400 m), selat antara Yef Ddif dan Kofiau, dan
berakhir di Selat Sagewin antara Bantanta dan Salawati atau pada Selat Dampler
dan Waigec.
Gambaran struktur umum Maluku Utara dibentuk oleh dua
sistem pegunungan yang memusat, satu membatasi Basin Sulawesi yang cembung ke
timur (sistem sangihe) dan yang lain membatasi bagian tengah kelompok Halmahera
yang cembung ke barat (Sistem Ternate).
Sistem Sangihe tersusun dari satuan-satuan :
a. Palung belakang (volkanis), berupa basin
Sulawesi
b. Busur dalam (volkanis), berupa Punggungan
Sangihe
c. Palung antara, meliputi Sangihe – gorontalo
d. Busur luar ( tidak volkanis), meliputi
Punggungan Talaud-Mayu.
Sistem Sangihe membentuk mata rantai antara busur Samar
di Filipina dan lengan utara dan timur Sulawesi.
Sistem ternate tersusun dari satuan-satuan :
a. Palung belakang, meliputi bagian umum
kelompok Halmahera, hanya sebagian yang tenggelam berupa Halmahera.
b. Busur dalam (volkanis), berupa zona Terate
c. Palung antara, meliputi palung-palung
Morotai- Ternate- Bacan.
d. Busur luar ( tidak volkanis), meliputi
Punggungan Snellius –Mayu-Obi.
Pada Punggungan Mayu dibagian
tengah Laut Maluku kedua tersebut jalin-menjalin. Punggungan Mayu merupakan
busur luar dari kedua sistem tersebut. Hal ini sebagai suatu fakta geotektonik
yang penting.
2.
Maluku Selatan
Merupakan
Busur Banda, yakni sistem kepulauan yang membentuk busur yang
mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem
Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam vulkanik dan busur luar
non-vulkanis. Busur dalam vulkanis terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan
puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau
Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk, dan Kepulauan banda. Sedangkan busur luar
non-vulkanis terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk
kompleks-kompleks kepulauan, antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar,
Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kapulauan Watu Bela, Pulaua
Seram, dan Pulau Buru.
Bagian tengah
Basin Banda di
batasi oleh dua
bususr yang sejajar,
busur dalam yang
berupa vulkanis aktif,
sedangkan busur luar
bebas dari vulkanis
muda. Daerah Banda menggambarkan suatu orogenesa yang merupakan suatu
contoh sistem pegunungan di dalam dalam statunascendi (Sirkum Mediterania).
Basin Banda Utara terletak antara di antara Sulawesi dan Buru, Basin Banda
Selatan terletak antara Batu Tara
di bagian barat
dan Manuk di
bagian Timur.
Basin Banda
Selatan terbagi menjadi bagian
Barat dan bagian
Timur oleh vulkan
api yang terletak
di tengah-tengah. Bagian timur di
kelilingi oleh Busur Banda dan disebut Basin Banda Tengah.
Basin Banda Tengah garis tengahnya 400 km,
terletak antara Damar dan Buru (Tenggara-Baratlaut), dan
diantara gunung api
dan Banda (Barat
daya-Timur laut), pada bagian
Utara Basin Banda
Tengah terdapat beberapa
punggungan dengan arah Barat daya-Timur Laut. Pegunugnan Luynes
dan Sibolga tidak mencapai permukaan laut. Pulau Karang Lucipara dan Schildpad
muncul di atas permukaan laut. Di antara punggungan Luymas
dan Buru dalam
laut 3.330 m,
bagian selatan ±5.000
m dalamnya, di sebelah barat Damar dalam maksimum 5.400 m.
Bagian
Barat Basin Selatan
vulkan api (282
m) muncul dari
dasar laut yang dalamnya
4.500 m. Akhirnya
sejumlah parit-parit yang
batasnya tidak jelas
yang arahnya barat laut-tenggara
muncul diantara Pulau-Pulau
Tukang Besi dan Pegunungan Luymes merupakan penghubung
antara bagian Barat Basin Banda Utara, seperti halnya bagian tengah garis
tengahnya ±400 km dengan dalammnya 5.800 km.
Banda
Bagian Tengah, pada
sisi selatan, timur
dan utaranya di
batasi oleh busur Dalam
Banda. Busur Dalam
Banda (Inner Arc)
terdiri dari sejumlah punggungan. Di
sebelah barat daya
dari busur dalam
secara tak langsung berhubungan dengan busur dalam dari
Nusa Tenggara. Zone dan antiklinal dari nusa tenggara mulai dari Wetar menurun
melalui Roma sampai ke sub Marine antar pulau Damar dan Moa berakhir pada
Palung Weber.
Punggungan Dama
yang arahnya barat
daya-timur laut di
atasnya terdapat vulkan damar
(868 m), Teo
(655 m), Nila
(781 m) dan
Serua (641 m).
Punggungan ini tenggelam ke arah utara di pisahkan oleh punggungan Manuk
285 m yang arahnya utara selatan. Punggungan Manuk dipisahkan dari Dome Banda
(Gunung api, 656 m) oleh sebuah parit
yang dalam lebih
dari 4.000 m.
Sebelah tenggara dari
kelompok Banda menurun masuk
ke dalam Palung
Weber, sebelah barat
laut melengkung kearah barat
berakhit di sebelah Ulleasers dan Ambon.
Jadi
busur dalam terdiri
dari beberapa pegunungan
Dome yang merupakan puncak-puncak yang
tersususn sejajar. Perubahan
kedudukan dari pegunungan-pegunungan itu terjadi pada bagian
geantklinal yang pada umumnya mempunyai arah melengkung dengan
hebat, dari arah
timur-barat pada busur
dalam dari Nusa Tenggara
terus berubah menjadi
timur laut dan
utara serta berakhir
kembali ke arah barat laut di Ambon arahnya timur dan
barat daya.
Di
antara busur dalam
dan busur luar
dari Banda terdapat
sebuah Palung antara yang
berbentuk sabit cembung kea rah timur yang di sebut Palung Weber yang
dalamnya 7.440 m
dan lebarnya 150
km. Palung Weber
ke arah barat
laut semakin dangkal dari arahnya
sampai ke punggung Weassers dan Ambon, juga menjadi lebih dangkal dengan arah
barat daya, bersambung dengan punggung bawah laut di antara Damar dan Moa. Palung
Weber di pisahkan
dari Basin Wetar
oleh Ambang yang dalamnya
1.480 m. Pulau
Kitar jauhn di
sebelah barat adalah
salah satu pulau
yang sangat banyak menyertai kedudukan antara (Imtermedeate) di antara
busur dalam dan busur luar.
Busur
Luar Banda (Banda
Outer Arc) adalah
sebuah pengangkatan
geantiklinal yang lebarnya
100-200 km, dimana
endapan antiklinal telah
mencapai suatu ketinggian menjadi
rangkaian punggungan dengan
struktur lapisan sesar (overshrust) berupa
vulkan aktif (bertentangan
dengan susunan vulkan
muda dari pulau-pulau busur
dalam).
Di seram, tinggi rata-rata di atas palung depan (Fore Deep)
±5.000 m di atas palung inner deep 6.500 m, di bagian timur Pulau Kai terdapat
perbedaan tinggi rata-rata 4.500 m
dan 7.500 m.
Keadaan demikian antara
Seram dan Kai
adahubungannya, sekalipun Seram merupakan deretan pegunungan yang
tingginya 3.000 m dan kelompok Kai hanya mencapai ketinggian 800 m di atas
permukaan laut.
Bagian selatan dari busur luar banda
merupakan sambungan busur luar Nusa Tenggara, di
mulai dari Nusa
Tenggara, di mulai
dari sebelah timur.
Timor dengan punggungan sempit
Leti Semata, kemudian
di ikuti oleh
bagian yang tertinggi
dari lipatan Barbar dan
sesudah itu di
susul oleh jalur
(taji-taji) yang rendah
menuju beberapa daerah :
• Taji Timur tenggelam masuk Palung Weber
• Taji Tenggara masuk ke dalam Palung depan
Timor
• Beberapa Taji yang kecil lagi menuju ke barat
dan ke barat laut
Kelompok
Dome Barbar dan
Tanibar merupakan suatu
pengangkatan yang luas dari pada
dasar lautan. Pulau-pulau Tanibar arahnya adalah baratdaya-timurlaut.
Pelengkungan ini merupakan
ciri khas dari
Busur Dalam. Bagian
timur dari Busur banda
teridiri dari pulau
Tanibar-Kai mempunyai lereng
dalam yang curam
ke arah Palung Weber.
Lebar geantiklinal itu
100 km pada
kelompok Tanibar bertambah menjadi 200 km pada
Pulau Kai dan
menyempit sampai 75 km
pada jalur punggungan baratlaut
yang arahnya tenggara-barat laut
serta merupakan rantai penghubung dengan
seram . Secara
keseluruhan bagian timur
ini merupakan sebuah cembungan ke
arah timur berbentuk
bulan sabit dari
Palung Weber dan
kemudian menjadi lebar karena
adanya pengangkatan dasar
laut (kurang dari
1000 km dalamnya), pada palung
aru di sebelah timur laut Kai.
Di
sepanjang puncak geantiklinal
terdapat depresi memanjang
yang lebarnya bertambah-tambah sesuai
dengan penampang melintang
dari busur geantiklinal
itu. Pada kelompok Tanibar
depresinya menyebabkan panjangnya
bertambah beberapa puluh
kilometer, pada kelompok Kai lebarnya sampai 100 km, kemudian menyempit lagi
sampai ke Graben Masiwang-Bobot dari sebelah timur Seram. Bagian Timur dari
busur luar di bagi menjadi dua bagian yaitu :
• Busur Dalam,
• Busur Luar.
Sebuah
jalur yang relatif
menurun pada puncaknya.
Zone dalam membujur dari
Wullaru (188 m)
sepanjang Molu (274
m), Teun (376
m), Kasini (362
m), Watubela, Manawoke, Pulau
Panjang dan Seram
laut dengan geser
sampai ke taji tenggara dari seram.
Zone luar,
mulai dari selaru
melalui Jamdena dan
Sofiani sampai ke Kai
Besar. Bagian utara darri busur luar Banda terdiri dari pulau seram, Boano,
Keliang, Manipa dan Bupu.
Seram adalah pulau
terbesar dari busur
luar Banda, luasnya
340 km2. Puncak tertinggi ialah Benaja (3.055 km).
Adanya
depresi menengah dari
busur luar banda
di tunjukkan oleh
Graben Masiwang-Bobot di sebelah
(723 m), rangkaian
pegunungan X dan
rangkaian pegunungan Z atau Walace (1.260 m).
Di
Seram, rangkaian luar
merupakan pegunungan yang
membentuk huruf X yang arahnya tenggara-baratlaut (Binaja,
3.055 m) dan pegunungan Lumute (1.373m) yang arahnya agak timur laut-barat
daya. Sebelah Barat Selat Pilu pola Seram tidak teratur. Semenanjung Hoamoal
dibatasi patahan yang arahnya utara-selatan.
Pulau
Boane Kelang dan
Manipa merupakan sebuah
busur arah timur
laut-barat daya di
antara Seram dan
Bur. Pada ujung
selatan dari Hoamoal
dan Kelang terdapat batuna
vulkanis muda seperti di Ambon.
Buru (9.599 km2), panjangnya 140 km lebarnya
90 km, puncak tertinngi Kau Palamuda (2.429 m). Di daerah ini terdapat 3 blok
pegunungan yang di pisahkan oleh lembah-lembah seperti berikut ini :
1. Blok
Timur suatu massif
sebelah barat dengan
Kau Palatmuda tingginya
lebih dari 2.000
m, sebelah timur
di batasi oleh
depresi dari sungai Nibe Damar Rana-Sungai Wala yang
arahnya timurlaut-baratdaya.
2. Blok
Tengah muncul setinggi
1.000 m yang
terletak antara lembah-lembah
struktural depresi dari
depresi dengan arah
timurlaut-baratdaya yang dibentuk oleh teluk Kajeli dan Lembah Apu.
3. Blok
Tenggara dibentuk oleh
rangkaian Wulna yang
arahnya timurlaut-baratdaya yang
mencapai ketinggian 1.731
m pada Gunung
Batakbual.
Rangkaian ini
dipisahkan dari Manipa
Kelang dan Boano
oleh Basin Manipa. Buru merupakan
pengangkatan kulit bumi
yang terbentuk dome
yang dikelilingi oleh 4 basin yaitu :
a) Basin
Manipa, di sebelah tenggara Buru dalamnya 4.360 m dengan sebuah
pengangkatan berbentuk
kerucut pada bagian
tengahnya merupakan
sebuah vulkan yang tenggelam dalam
laut.
b) sebuah
Basin di antara Buru dan Punggungan Luymes 5.330 m dalamnya.
c) Basin Banda
Utara yang dalamnya
mencapai 5.290 m
di sebelah Barat Buru.
d) Basin
Buru di sebelah utara, pulau ini dalamnya 5.319 m. Sudut barat laut
dari Buru
dihubungkan oleh punggungan
bawah laut dengan
Sanana di Kepulauan Sula.
Sudut baratdaya dihubungkan
dengan punggungan Luymes oleh pengangkatan
dasar laut yang lebih dari 3.000 m dalamnya.
Palung
depan dari busur
Banda (fore deep
Banda Arc). Busur
luar Banda di batasi oleh sebuah palung depan yang
khusus, mulai dari sebelah tenggara Kepulauan Tanimbar dengan
sebuah palung yang
sempit (lebarnya 30
km dan dalamnya
3.690 m) membujur ke
arah utara masuk
ke dalam Palung
Aru yang berbentuk
Bundar ( -3.680 m). Dengan demikian bentuknya cembung
ke arah timur atau cembung ke arah barat
dari suatu kenaikan
dasar laut sampai
530 m sebelah
timur Pulau Kai
yaitu sebelah utara dari
Kepulauan Burung. Pulau Adi merupakan sebuah cekungan dalam pada Pulau Aru.
Palung depan dari bagian timurlaut dan utara
dari Busur Luar Banda di bentuk oleh
laut Seram, sebuah
geosinklinal yang ±80
km lebarnya, dalamnya
lebih dari 2.000 m. Ke arah barat
palung depan bersambung dengan palung buru yang dalamnya 5319 m.
2.2 Struktur geologi pulau Maluku
Karakteristik geologi pulau Maluku ialah bahwa batuan
di daerah tersebut merupakan batuan sedimen, metamorf, dan batuan beku yang
tersebar hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini karena pulau Maluku
terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu pada periode Neogeon dan Paleoceen.
Hal ini juga karena dipengaruhi oleh letak pulau Maluku yang berada diantara
lempeng Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda sehingga
menimbulkan adanya gunung api baik yang masih aktif atau yang sudah tidak
aktif.
Berikut sebaran geologi, variasi, dan jenis tanah
menurut gugus pulau di Maluku:
Gugus Pulau
|
Cakupan
|
Bagian Geologi
|
Variasi Geologi
|
Jenis Tanah Dominan
|
GP. I
|
Buru, Seram, Ambon Lease, Gorom, Geser.
|
Batuan Sedimen
Batuan
Metamorf
|
Aluvium, gamping terumbu, koral, napal, batu pasir,
batu konglomerat, tufa bersusun andesit dan basalt.
Filit, skist dan kuarsit.
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
GP. II
|
Kep. Kei dan Kep. Kesui
|
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf
|
Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu
pasir kuarsa dan kapur.
Filit, skist, kuarsit, granit, grandiorit dan
riolit.
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
GP. III
|
Kep. Aru
|
Batuan Sedimen
|
Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu
pasir kuarsa dan batu kapur.
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
GP. IV
|
Kep. Tanibar, Larat, Waliaru, Selaru, Selu, Sera,
dan Molu
|
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf dan Beku
|
Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu
pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.
Batuan ultra basa andesit dan diorit
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
GP. V
|
Kep. Babar dan Sermata
|
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf dan Beku
|
Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu
pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.
Batuan Metamorf dan Beku
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
GP. VI
|
Pulau Damar, Romang, leti, Moa, lakor, Kisar dan
Wetar
|
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf dan Beku
|
Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu
pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.
Batuan Metamorf dan Beku
|
Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol,
rensina, brunizem, dan podsolik.
|
1.
Geologi Maluku Utara
Sebagian besar provinsi Maluku Utara
terutama bagian tengah dan utara merupakan daerah pegunungan. Namun secara
geologi bukan pegunungan yang seragam, artinya bahan penyusunnya bervariasi.
Berdasarkan pendekatan geografis, kesamaan budaya, kecenderungan alam dan
orientasi, maka Pulau Maluku dibedakan menjadi 6 (enam) gugus pulau dimana
masing-masing gugus memiliki bagian dan variasi geologi serta jenis tanah yang
dominan.
Pegunungan
yang membujur di Pulau Maluku bagian utara dan timur laut juga berbeda susunan
batuannya. Pegunungan di bagian utara umunya didominasi oleh formasi gunungapi
(andesit dan batuan beku basalt), sedangkan bagian timur laut didominasi oleh
batuan beku asam, basa, ultrabasa, dan batuan sedimen. Di semenanjung utara
Maluku ada gunung api aktif dan non-aktif yang di bagian ini tidak ditemukan
dataran aluvial. Tetapi saat memasuku kawasan kao, ditemukan dataran aluvial
dan vulkanik yang berombak. Halmahera Timur dan
Barat mewakili dua daerah tektonik yang berbeda. Perkembangan tektonik
Halmahera Timur yang dapat dilihat diperkirakan dimulai antara Kapur Akhir sampai Awal
Tersier. Elemen struktur utama Halmahera adalah:
1.
Sesar naik berarah Utara – Selatan di bagian tengah dan lengan selatan
Halmahera.
Di Halmahera tengah jalur lipatan sesar naik ini membentuk batas
antara
batuan dasar ofiolitik di bagian Timur dan batuan dasar busur vulkanik
dibagian
Barat. Di lengan Selatan, basemen vulkanik ini diterobos oleh sedimen
Neogen.
2.
Sesar konjugate berarah Timurlaut – Baratdaya dan Barat-Baratlaut – Timur-
Tenggara
yang muncul di seluruh daerah ini. Set yang terakhir meliputi sesar
transform
yang berasosiasi dengan busur vulkanik aktif.
3.
Sesar normal listrik berarah Utara – Selatan dan Timur – Barat seperti pada
urat
kuarsa
Gosowong dan Ruwait.
4.
Batuan berumur Pliosen di lengan utara di daerah Gosowong terlipat dengan
arah
Sumbu Timur – Barat.
2.
Geologi Maluku Selatan
Maluku Selatan merupakan bagian dari
pulau Maluku yang tersusun dari endapan laut dangkal yang diperkirakan berumur Pliosen-Plistosen
sampai Holosen. Batuan penyusunnya terdiri dari batu gamping, napal, dan
endapan alluvium. Formasi batuan penyusun daerah Maluku Selatan dimulai dari
yang paling muda ialah: Formasi Manumbai Formasi Wasir Formasi Alluvium.
Sejarah terbentuknya Maluku Selatan
ialah pada zaman miosen bawah, hal ini dibuktikan dengan pengendapan batu
gamping dan napal yang berlangsung sampai zaman miosen tengah. Pada zaman
miosen atas hingga pliosen bawah, terjadi pengangkatan yang berakibat zona
pengendapan berubah menjadi laut dangkal dengan adanya pengendapan napal dan
batu gamping yang termasuk dalam formasi manumbai.
TEKTONIK MALUKU
Pulau Halmahera dan beberapa pulau-pulau kecil di
sekitarnya yang berada di Indonesia bagian Timur merupakan pertemuan 3 (tiga)
lempeng yakni lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Samudera
Philipina. Bagian utara Halmahera adalah lempeng samudera Philipinayang
menunjam ke bagian bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan
suaty konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian
barat pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc System yang
dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan non-vulkanik di
lengan timur.
Secara geologi dan tektonik Halmahera sangat unik, hal
ini karena pulau Halmahera terbentuk melalui pertemuan 3 (tiga) lempeng besar
yakni Eurasia, pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur.
Halmahera bagian selatan menunjukkan pergerakan miring sesar Sorong ke arah
barat yang bersamaan dengan lempeng Indo-Australia struktur lipatan berupa
sinklinal dan antiklinal terlihat jelas pada Formasi Weda yang berumur Miosen
Tengah hingga Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur
Laut-Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara. Struktur sesar yang sering terjadi
adalah sesar normal dan sesar naik, umunya berarah Utara-Selatan dan Barat
Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik di Pulau halmahera sudah terjadi sejak zaman
Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur
Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-Oligosen Awal mencerminkan kegiatan
tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik
akibat tektonik terjadi pada zaman Eosen-Oligosen, sedangkan tektonik terakhir
terjadi pada zaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal
yang memotong batu gamping. Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa
Maluku dibagi ke dalam 2 (dua) bagian, yakni utara dan selatan. Pembagian itu
tentu saja menciptakan kegiatan tektonisme yang berbeda antara utara dan
selatan. Maluku utara pada dasarnya dibentuk oleh dua sistem punggung yang
memusat yakni: Membatasi basin Sulawesi yang cembung ke timur. Membatasi bagian
tengah kelompok Halmahera.
Sedangkan Maluku Selatan (Busur Banda) dibatasi oleh
busur dalam (adanya vulkanisme aktif) dan busur luar (bebas dari vulkanisme).
Basin Banda sendiri terdiri dari bagian utara dan selatan, dimana bagian utara
terletak diantara Sulawesi dan Buru sedangkan bagian selatan terletak di bagian
barat dan Manuk sebelah timur. Antara Maluku utara dan Maluku selatan
dipisahkan oleh sebuah punggungan yang arahnya timur-barat membujur dari lengan
timur Sulawesi ke kepala burung Papua melalui banggai, sula, gomumu (sebelah
selatan obi), dan misool. Ambang antara Maluku utara dan maluku selatan dalam
pandangan geo tektonik merupakan batas pemisah antara sistem orogen pasifik
barat dan sistem pegunungan sunda.
2.3 Potensi yang ada di pulau Maluku
Pulau
Maluku mempunyai berbagai potensi yang
beragam, salah satunya adalah potensi batu bacan yang terdapat di maluku utara.
Asal batu bacan obi adalah jenis batu akik yang berasal dari pulau obi
halmahera, maluku utara. Batu bacan obi halmahera ini memiliki potensi besar
sebagai permata berkualitas internasional. Batu bacan merupakan salah satu
kekayaan alam Maluku Utara. Istilah nama bacan diambil dari nama pulau bacan
yang digunakan sebagai tempat perdagangan batu itu, padahal pulau penghasil
batu bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta yang jaraknya tidak jauh dengan pulau
bacan. Sejak tahun 1994 batu bacan menjadi salah satu batu yang banyak dicari
oleh kolektor batu mulia dari luar negeri. Sedang di Indonesia sendiri batu
bacan mulai populer tahun 2005.
Batu Bacan yang secara gemologi
(ilmu yang mempelajari batu mulia) merupakan batu mulia krisokola kuarsa atau
quartz chrysocolla. Secara genesa, pembentukan krisokola kuarsa berkaitan erat
dengan proses mineralisasi pada periode Miosen Tengah. Mineral krisokola itu
sendiri merupakan produk alterasi dari mineralisasi tembaga porfiri epigenetik
yang terjadi di zona oksidasi, dengan kalsedon kuarsa sebagai endapan penyerta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepulauan
Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia,
memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer
dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat
dibagi menjadi dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian
timur laut – tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun
dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian
timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara
garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan
maluku Selatan. Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau
Asia Timur, dan sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur
banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda. Maluku Utara merupakan wilayah
kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan pulau-pulau non volkanik.
Pulau vulkanik menempati bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau
Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe.
Sedangkan pulau non volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau
Talaud, dan Pulau Obi. Pulau Halmahera sendiri termasuk pulau vulkanik meskipun
aktivitas vulkanik yang aktif tidak terdapat seluruh wilayahnya. Bagian utara
Pulau Halmahera merupakan lokasi aktivitas vulkanik yang aktif. Pulau-pulau non vulkanik Maluku Utara saat ini berkembang
dibawah pengaruh proses marin terutama deposisi marin. Zona gunungapi yang terletak di
bagian utara Pulau Halmahera membentuk satu pola jaringan dengan gunungapi yang
berada di pulau lain antara lain Pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian.
Bentuklahan volkanik tererosi kuat terbentang dari timur ke barat pada zona
vulkanik holosen yang aktif. Maluku Selatan
secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan yang membentuk
busur mengelilingi tapalkuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis.
Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah
laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau
Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur luar terdiri dari beberapa pulau
yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan
Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai,
Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru.Pulau Buru, Ambon, dan Seram,
Pulau Buru, Pulau Ambon, dan Pulau Seram memiliki karakteristik geomorfologi
yang sama yaitu didominasi oleh pegunungan struktural.
Daftar Pustaka
Bemmelan, R.W. van 1970. The Geology of
Indonesia.Physiography. The Hague Publishing Co.Amsterdam
No name, 2015, Online, (http://geodarsana.blogspot.com/2013/04/geomorfologi-maluku.html tanggal 27 Februari 20015
Pannekoek, AJ. 1949. Outline of The
Geomorfology of Java. Tikdsrift Koninkjilk Nederlandch Ardrijskunde
Genootspop.Vol. LXVL Pert 3 FJ.Brm.Leiden
Sudarno Herlambang, 2015, Geomorfolgi
Indonesia, Malang : Universitas Negeri Malang
Sumardi, E. dan
Situmorang. T. 2006. Survey geomagnet di daerah panas bumi songo
wayaua-kabupaten Halmahera selatan, Maluku utara
Verstappen, 2014, Garis Besar Geomorfologi
Indonesia : Universitas Gajah Mada : Yogjakarta
Comments
Post a Comment